Kehidupan Kos

Ditulis tadi pagi (14/11) pas lagi gelisah

Disunting malam di hari yang sama pas lagi pengen posting.

POV

Pagi ini seperti biasa, suara-suara riuh jalan raya, burung-burung dan samar suara alarm yang tak kunjung dimatikan mewarnai pagi hariku di kos. Aku tinggal di satu kamar berukuran sekitar 2,5 × 2,5 m disini aku merebahkan diri. Di ambin dengan sprai hitam kotak-kotak. 

Kamar kos ini menjelma bak bilik perenungan untukku. Aku masih bisa memikirkan (termasuk bersyukur dan menyesali) apa saja yang akan kulakukan.

Jujur saja bagiku yang biasa-biasa saja tanpa keramaian (bahkan cenderung betah) ini di kos rasanya adalah salah satu impian akan kedamaian yang tercapai.

Meskipun kalau kebablasan rasanya jadi malas setengah mati. Aku merebahkan diri sambil menatap layar ponsel ber jam-jam tiap harinya. Tak jelas apa yang sedang aku pelajari. Terkadang rasanya jadi menyesal. Padahal telah kusiapkan 2 buku di meja. Berharap bakal kusentuh dan kubaca di suatu waktu. 

Ah, rasanya aku harus lebih berjuang lagi. Kemalasan semakin meninggi, sedang kesadaran kian menurun. Informasi-informasi singkat lewat video pendek menjejal di kepala tanpa tau apa maknanya.

Ya, problem manusia era jagad maya. Pelan-pelan harus disusun jadwal. Agar tidak habis waktu dengan sia-sia.

Tinggalkan komentar